a. Latar belakang
Kenapa
kurikulum harus berubah ? Demikian pertanyaan yang kerapkali dilontarkan orang,
ketika menanggapi terjadinya perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia.
Jawabannya pun sangat beragam,
bergantung pada persepsi dan tingkat pemahamannya masing-masing. Sepanjang
sejarahnya, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga ada
kesan di masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”.
Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada
tingkat sekolah justru perlu dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini,
perubahan tentunya tidak harus dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun
bergantung kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau beberapa
aspek saja yang perlu dirubah.Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali
diberlakukan KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di
sekolah sangat mungkin diawali dengan “keterpaksaan” demi mematuhi ketentuan
yang berlaku, sehingga model yang dikembangkan mungkin saja belum sepenuhnya
menggambarkan kebutuhan dan kondisi nyata sekolah. Oleh karena itu, untuk
memperoleh model kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan -
perbaikan yang secara terus-menerus berdasarkan data evaluasi, hingga pada
akhirnya dapat ditemukan model kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik
dan kondisi nyata sekolah.
Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal,
kalau saja suatu sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP hingga ke depannya
tidak pernah melakukan perubahan-perubahan apapun. Hampir bisa dipastikan
sekolah yang demikian, sama sekali tidak menunjukkan perkembangan alias
stagnan. Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum yang sesuai di
sekolah, seyogyanya di sekolah dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat
sekolah yang bertugas untuk memanage kurikulum di sekolah. Memang saat ini, di
sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus yang menangani kurikulum
(biasanya dipegang oleh wakasek kurikulum). Namun pada umumnya mereka cenderung
disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin dan teknis saja,
seperti membuat jadwal pelajaran, melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang
bersifat rutin lainnya. Usaha untuk mendesain, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi serta mengembangan kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang
begitu diperhatikan.
Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di sekolah
maka kegiatan manajemen kurikulum mungkin akan jauh lebih terarah, sehingga
pada gilirannya pendidikan di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien
No comments:
Post a Comment